Berawal dari sebuah ucapan salam
dari seseorang, membuat ada sedikit getaran yang selalu membayang dalam benakku.
Entah rasa apa ini. Hanya saja sejak saat itu ketika ngobrol dengannya, ketika
dia tersenyum, ketika dia menyapa, ketika dia terlihat meski sepintas membuatku
menjadi sangat bahagia. Dia adalah orang yang “sumeh” dan tak pernah
meninggalkan jamaahnya. Meski keras kepala dan perokok (aku biasanya anti
banget ) tapi rasa yang g jelas, aneh itu muncul dalam hatiku. Entah mulai
darimana rasa itu, aku tak menyadari rasa itu semakin tumbuh dari hari kehari,
dari waktu ke waktu. Hingga akhirnya aku selalu antusias untuk selalu melihatnya,
untuk mengetahui apapun tentangnya, untuk memandangnya meski hanya dari
kejauhan. Yang paling tidak bisa aku lakukan adalah bertatapan langsung
dengannya. Aku hanya bisa sesekali bahkan beberapa kali mencuri pandang untuk melihatnya.
Entah kenapa dia begitu berbeda dibanding yang lain. Tak tahu kenapa dia tak
bisa enyah dari ingatan. Aku begitu bahagia meski hanya bisa berkata sepatah
dua patah kata, meski hanya bertemu dan tersenyum kepadanya, meski hanya
melihatnya sekilas berjalan didepanku ataupun hanya bisa melihatnya dari
kejauhan. Mungkin aku bukanlah orang yang spesial buatnya. Aku hanyalah wanita
biasa, aku bukanlah ukhti2, aku tak hebat, aku lebih tua darinya, aku tak punya
sesuatu yang lebih. Dan mungkin aku tak masuk dalam kriteria calon istri
idaman. Meski belum lama aku mengenalnya, tapi dia telah bisa membuatku
menangis. Bukan dia jahat kepadaku tapi karena aku yang ada konflik dengan
batinku kenapa aku ternyata jatuh hati padanya. Saat ini, semakin aku tidak
berani menatapnya, semakin tidak berani bercanda, ngobrol dengannya. Dan
mungkin lama kelamaan semuanya akan berakhir dan rasa ini tidak mau berakhir.
Aku menuliskan ini karena aku tidak bisa hanya menyimpannya sendiri, aku ingin
berbagi dan sharing dengan siapapun yang membaca tulisan ini. Salahkah bila
menyukai seseorang yang mungkin lebih baik dari kita. Akankah kita bisa
mendapatkan seseorang yang lebih baik dari kita. Dia yang baik pasti memilih
yang lebih baik, tapi bagaimana yang biasa-biasa aja atau bahkan yang awalnya
kurang baik menjadi baik mungkinkah bisa mendapatkan yang lebih baik lagi. Kalo
bisa bagaimana caranya? Dan kalau tidak bisa, bagaimana cara menepis
rasa ini. Menyukai seseorang tapi bertepuk sebelah tangan. Bagaimana mengurangi bahkan menghilangkan
rasa dengan seseorang yang setiap hari selalu bertemu. Apa aku harus menjaga jarak, aku harus
menjauh, diam dan menghilang dari pandangannya. Apakah aku harus menjauhi
apapun yang berhubungan dengannya. Tapi semakin aku ingin melupakan, semakin
ingin berhenti, semakin tidak ingin melanjutkan rasa ini, semakin terasa sesak
didada, semakin airmata ini terkadang tak bisa behenti menetes. Sudah istigfar,
sudah mencoba ikhlas tapi belum bisa ikhlas yang sebenar-benarnya....